Selasa, 27 Desember 2011

Generasi Perintis Shalawat Kontemporer


Oleh : Syafa’at Syareh Syifa
Panasnya cuaca di siang hari, terdengar hembusan angin yang membelai setiap daun pepohonan yang kepanasan. Suara mesin bergetar menghidupi sunyinya siang. Derap langkah para santri putri dari kejauhan pintu gerbang terdengar menuju suatu ruangan di mana tempat mereka akan berlatih.
Hari Minggu tepatnya pukul 13.30 mereka berduyun-duyun menuju ke ruangan kelas untuk latihan rebana. Hal ini diketahui oleh sang pelatih yang akan melatih mereka dan segera menghampiri mereka dengan sedikit kekakuan. Suasana dalam ruangan terasa hampa hingga sang pelatih menghidupi suasana dengan canda dan beberapa pertanyaan selingan.
Namun sayang, pelatih yang mereka harapkan tidak hadir karena tengah menjalani aktivitas di tengah jadwal latihan sehingga diisi oleh pelatih pengganti yaitu Pak Jaihan, Syafa’at, Umam dan satu lagi dari putri yaitu Bu Mustafidz. Peralatan latihan semua telah terkumpul di ruangan kelas sesuai dengan jumlah para peserta yang hadir, yaitu 20 orang.
Tak lama kemudian beberapa peserta yang lain pun datang terlambat dan lekas menuju tempat duduk yang telah disediakan. Namun rebana di ruangan amat terbatas hingga pelatih harus kembali mengambil sisa rebana yang ada di dalam lemari sekretariat agar para peserta dapat memegang dan belajar melaluinya.
Latihan tahap pertama sangatlah sederhana, mereka dikenalkan dengan tabuhan penika dan gerinji tak jauh halnya dengan peserta putra sebelumnya. Namun penyampaiannya mereka dibagi dua dan dipisah ruangkan untuk belajar khusus masing-masing dari penika dan gerinji. Masing-masing kelas bejumlah 10 0rang dari dua kelas.
Alhamdulillah, prose latihan berjalan lancar dan efisien. Ada sebagian peserta yang sudah belajar sebelumnya entah itu di pondoknya dahulu atau di rumahnya. Namun ada juga yang sama sekali belum belajar, hal ini mayoritas dari mereka. Perlu ditingkatkan lagi semangat latihan. Semoga tidak terulang lagi kejadian sebelumnya yaitu semangat di awal pertemuan namun luntur di tengah rutinitas latihan.

Jumat, 23 Desember 2011

Suara Rebana Menggetarkan Semesta


Oleh : Syafaat Syareh Syifa
Alhamdulillah, latihan perdana putra angkatan 2011 telah dilaksanakan pada malam Jumat 22 Desember 20011. Para peserta yang hadir cukup banyak meskipun tidak mencapai keseluruhannya yaitu sekitar  20 peserta. Meski awal memegang rebana dan belum bisa menabuh, mereka merasa senang untuk mengikutinya karena baru kali pertama mereka belajar rebana meski ada sebagian yang sudah pernah, serta materi yang disampaikan cukup detil dan jelas karena mereka dibekali materi dasar yang intensif dalam bidangnya yaitu penika dan gerinji (tabuhan yang standar digunakan).
Menurut Arif Jaihan (Koordinator Divisi Rebana) para peserta harus mahir dalam menabuh baik itu tabuhan penika dan gerinji agar lebih fleksibel atau mengantisipasi kosongnya salah satu personil ketika tampil. Namun berbeda dengan pendapat yang diutarakan oleh Bpk. Yusuf (Ketua eL-SiP) bahwa  “seharusnya para peserta secara langsung ditentukan jenis tabuhan yang sesuai dengan minat atau bakatnya karena jika mereka mampu mengetahui jenis tabuhan dari keduanya, dikhawatirkan akan keliru dan tabuhannya akan silang menyilang. Artinya tabuhan penika akan bercampur pada tabuhan gerinji, dan sebaliknya”. tutur bapak Yusuf.
Terkait waktu pelaksanaan latihan memang tidak ditentukan secara langsung oleh koordinator rebana, melainkan ditentukan berdasarkan hasil musyawarah dan kesepakatan antara koordinator dan para peserta  pada malam tanggal 21 Desember 2011. Dan jadwal untuk kegiatan lainnya seperti tilwah, sastra dan kaligrafi belum ditentukan karena harus kordinasi terlebih dahulu dengan koordinator  per divisi. tutur Syafaat.
Berikut adalah jadwal latihan rebana yang telah ditentukan berdasarkan hasil musyawarah koordinator dengan para peserta :
Peserta angkatan
Waktu Latihan
Pelatih
Putra 2011
Kamis pukul 20.00-21.30
Arif Jaihan dan Zaimul Arifin
Putri 2011
Minggu pukul 13.00-14.30

Bpk. Yusuf dan Bpk. Syamsul
NB : Bertempat di Gedung MA lantai II. 

Untuk angkatan yang lain jadawal latihan akan menyusul dan ditentukan memasuki awal tahun 2012. Dan berlaku bagi kegiatan latihan yang lainnya. Harapannya para peserta lebih intensif dan istiqomah dalam latihan terutama bagi angkatan sebelumnya karena bukan hanya angkatan baru, melainkan angkatan sebelumnya pun sangat diperhatikan terkait latihan apalagi ketika menghadapi event-event tampilan. Dan para pembimbing akan selalu siap untuk mengembangkan bakat dan minat para peserta.

Kamis, 22 Desember 2011

Mengenal Nagham Alquran

1. Bayati : Lagu ini cenderung nada rendah-naik-dan makin naik berkarakter netral tidak riang atau tidak terlalu sedih. Banyak dipakai pada lagu-lagu qosidah, sholawat, bacaan sholat, dzikir dsb. Karena sifatnya yang netral.
2. Shobah : Lagu lebih memberi kesan memperkenalkan rasa ungkapan, keluhan dan ratapan cenderung sedang naik sedikit lalu turun. Umumnya banyak juga yang menggunakan untuk lagu takbir lebaran.
3. Hijaz : Lagu ini menunjukan satu penekanan pada penggambaran cerita, memperkenalkan, mempertegas ungkapan, berpola sedang-naik-naik lalu turun melandai iramannya. Banyak digunakan untuk lagu adzan, sholawat, irama gambus dll.
4. Nahawan : Lagu ini sedikit berkarakter jelas perbedaannya dengan lagu lainnya, banyak mencerminkan irama jenaka dan riang, dimana ujung lagunya terasa banyak cengkok lekukan drastis cepat. Banyak dipakai dalam lagu qosidah, sholawat, bahkan bacaan sholat.
5. Rhas : Lagu ini terkesan kuat suara, tegas, tajam dan nada cenderung dari datar lalu naik dan naik terus sampai nada tinggi. Banyak dipakai lagu untuk adzan, bacaan sholat, takbiran dsb.
6. Jiharka :Ini merupakan lagu yang indentik transisi antara Rhoss terkesan nahwan riang dan hampir mirif Sikka (lagu ini yang banyak dikatakan para Qori-Qoriah cukup sulit dibawakan karena sifatnya yang semi dan transisi antara Rhas dan Sikka) biasanya sering dipakai di Sholawat, takbiran, dsb.
7. Sikka : Lagu ini banyak bernuansa rasa kesedihan, keprihatianan dengan karakter nada agak rendah pelan naik dan makin naik. Banyak dipakai pada berbagai kepentingan karena tidak menuntut nada tinggi dan sederhana.
Ditutup dengan Bayati Kuflah yang cenderung nada menurun.

Minggu, 18 Desember 2011

Seni Baca Alquran

Seni baca Al Qur’an ialah bacaan Al Qur’an yang bertajwid diperindah oleh irama
dan lagu. Al Qur’an tidak lepas dari lagu. Di dalam melagukan Al Qur’an atau taghonni dalam membaca Al Qur’an akan lebih indah bila diwarnai dengan macam-macam lagu. Untuk melagukan Al Qur’an , para ahli qurro di Indonesia membagi lagu atas 7 ( tujuh ) macam bagian. Antara lain sebagai berikut :

1. Bayati
2. Shoba
3. Hijaz
4. Nahawand
5. Rost
6. Jiharkah
7. Sikah



Dari 7 ( tujuh ) macam lagu di atas masih dibagi dalam beberapa cabang. Macam-macam lagu dan cabangnya antara lain :

1. Bayati
a. Qoror
b. Nawa
c. Jawab
d. Jawabul jawab
e. Nuzul ( turun ) - shu’ud ( naik )
2. Shoba
a. Dasar
b. Ajami/Ala Ajam





3. Hijaz
a. Dasar
b. Kard
c. Kurd
d. Kard-Kurd

4. Nahawand
a. Dasar
b. Jawab
c. Nakriz
d. Usysyaq

e. Variasi

5. Rost
a. Dasar
b. Nawa/Rost ala Nawa


6. Jiharkah
a. Nawa
b. Jawab


7. Sikah
a. Dasar b. Iraqi c. Turqi d. Raml (fals)
Dalam MTQ ( Musabaqoh Tilawatil Qur’an ) ada beberapa materi penilaian. Antara lain :
a. Penilaian Umum
1. Materi penilaian bidang tajwid, terdiri dari :
a. Makharijul huruf
b. Shifatul huruf
c. Ahkamul huruf
d. Ahkamul mad wal qoshr
2. Materi penilaian bidang fashohah dan adab, terdiri dari :
a. Al Waqf wal – ibtida
b. Muroatul kalimat wal kharokat
c. Muroatul kalimat wal ayat
d. Adabut tilawah
3. Materi penilaian bidang irama dan suara, terdiri dari :
a. Suara
b. Irama dan variasi
c. Keutuhan dan tempo lagu
d. Pengaturan nafas

b. Kesalahan dalam bidang suara dan irama

1. Kesalahan dalam suara terdiri dari :
a. Suara kasar
b. Suara pecah
c. Suara parau
d. Suara lemah
2. Kesalahan dalam irama terdiri dari :
a. lagu yang tidak utuh
b. tempo lagu yang terlalu cepat/lambat
c. irama dan variasi yang tidak indah
d. pengaturan nafas yang tidak terkendali


c. Kesalahan dalam bidang Tajwid serta Fashohah dan adab ada dua macam :
1. Kesalahan Jali, yaitu kesalahan yang dapat merusak makna dan merusak ketentuan tajwid/ qiroat yang sah. Disebut Jali karena kesalahan itu diketahui oleh ahli qiroat
maupun yang bukan ahlinya
2. Kesalahan Khafi, yaitu kesalahan yang merusak ketentuan tajwid/qiroat, tetapi
tidak merusak makna. Disebut Khafi karena hanya diketahui oleh ulama ahli qiroat
saja.

Sejarah Perkembangan Nasyid di Indonesia

1. PENDAHULUAN
Nasyid merupakan cabang seni yang bersendikan Islam, kerana ia mengandungi lirik yang merangkumi pesanan, ingatan,kisah para nabi , seruan dakwah Islamiah dan meniupkan semangat dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
Perkembangan nasyid yang terus mendapat tempat dihati masyarakat Islam Nusantara telah diasaskan oleh lembaran sejarah yang terpahat usaha padu pelbagai pihak dalam memartabatkan nasyid sebagai wadah seni yang mampu membawa misi dakwah Islamiah ke tengah masyarakat dalam memenuhi tuntutan fitrah berhibur dalam diri manusia.
Jika diteliti perkembangan semasa, dunia hari ini diwarnai dengan hingar-bingar alunan lagu dan irama muzik serba glamour, ini menyebabkan industri nasyid melalui satu persaingan yang sengit untuk terus bertahan sebagai wadah penyebaran dakwah.
Kenyataan ini menuntut agar seniman nasyid terus bijaksana dalam meniti perjuangan nasyid tanpa mengabaikan garis panduan yang telah ditetapkan oleh syarak dengan mengambilkira sejarah perkembangan nasyid di Nusantara dan sumbangannya sebagai medium penyebaran dakwah.
2. DEFINISI NASYID
Nasyid merupakan nyayian yang biasanya bercorak keagamaan Islam dan mengandungi kata-kata nasihat, kisah para nabi, memuji Allah dan yang seumpamanya.[2]
Menurut Kamus Dewan ( hal: 923) Nasyid ialah lagu yang biasanya dinyayikan secara kumpulan yang mengandungi seni kata yang berunsurkan Islam.
Hj Jalidar Abdul Rahim menjelaskan masyarakat Arab pada zaman dahulu melagukan syair yang bertemakan Munajat dan Selawat dan kerap memilih lagu Arab Misri. Sumber maqam lagu Arab yang digunakan untuk membaca ayat suci Al-Quran dan nyayian lain berunsurkan Islam yang terdengar melalui nasyid dan qasidah sekarang kebanyakkanya datang daripada aliran Arab Iraqi,Hijazi dan Misri disamping tujuh lagi maqam iaitu Banjakka, Hijaz, Musyawaraq, Ras, Jaharka, Sika dan Dukah.[3]
Istilah nasyid menurut masyarakat Indonesia , adalah ganti dari kata qasidah sebagaimana yang dimaklumi di daerah Sumatera dan Kalimantan. Bahkan di daerah-daerah lain ada yang menyebutnya sebagai Tagoni, Samrahan dan sebagainya. Namun jika ditinjau dari bahasa Arab nasyid berasal dari kata nasyada yang bermaksud membangkitkan, memberikan semangat, meneriakkan dan lain-lain.[4]
Sesungguhnya istilah Nasyid telah muncul dalam kebudayaan Arab Islam sejak abad 3H/9M dan terus berkembang dari masa ke semasa.[5]
3. SEJARAH PERKEMBANGAN NASYID DI NUSANTARA
Kedatangan Agama Islam ke Nusantara membawa bersama Seni dan Kebudayaan Arab yang menarik hati masyarakat Islam khususnya pada keindahan lagu-lagu Arab yang didengar dan diterima melalui bacaan Al-Quran dan alunan lagu Qasidah Tawasyih, Ibtihal [6] dan nasyid serta selawat dari nuzum syair marhaban dalam memuji dan mengucapkan selawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Lagu Arab tersebut dibawa secara langsung oleh pendakwah Arab yang datang ke Nusantara untuk mengembangkan Islam . Masyarakat Islam di Tanah Melayu telah menjadikan nasyid Tawasyih[7], Qasidah Majrur[8] dan bacaan Rawi berzanji dan Marhaban sebagai satu kesenian dalam setiap Majlis Perkahwinan, Majlis Khatam al-Quran, Majlis Berkhatan , Majlis Menyambut Kelahiran Bayi dan Majlis Menyambut Maulidur Rasul S.A.W.[9]
3.1 SEJARAH PERKEMBANGAN NASYID DI INDONESIA.
Di Indonesia Qasidah Rebana telah mula berkembang di sekitar Pulau Jawa khususnya di Jakarta dan sekitarnya selepas tumbangnnya Parti Komunis Indonesia sekitar tahun 1966/1967, dikatakan hampir seluruh lingkungan wilayah dan kampung mempunyai kumpulan Qasidah Rebana. Pada kebiasaanya Qasidah Rebana hanya diiringi dengan alat rebana dan tamborin.
Pada awal tahun 1970-an Qasidah Gambus mula berkembang seiring dengan Qasidah Rebana. Qasidah Gambus diiringi dengan alat muzik yang biasanya terdiri dari Gambus, Biola, Seruling, Gendang, Tabla dan sebagainya dan biasanya mereka membawakan lagu-lagu dakwah atau lagu yang bertemakan keagamaan, dengan melodi dan irama ala Timur Tengah. Pada masa yang sama juga wujud Orkes Gambus yang biasanya membawakan lagu-lagu asli Timur Tengah. [10]
Diantara Orkes Gambus yang amat terkenal pada awal tahun 70- an ialah Orkes Gambus El-Surayya di bawah pimpinan Almarhum Prof Ahmad Baqi yang terus mengembangkan sayap seni nasyid di sekitar Indonesia. Allahyarham Prof Ahmad Baqi yang dilahirkan pada tahun 1920 adalah tokoh terkenal yang membangunkan seni nasyid bukan sahaja di Indonesia tetapi di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. [11]
Orkes Gambus El-Suraya yang amat terkenal dengan lagu Selimut Putih yang telah dinyayikan oleh Ibu Atikah Rahman [12] terus mendapat tempat hingga ke hari ini kerana liriknya yang amat menyentuh hati dan mampu menitiskan airmata bagi yang mengamatinya.
Sekitar tahun 70-an juga wujudnya kumpulan Qasidah Pop, namun ia hanya diminati oleh golongan elit. Sementara pada pertengahan tahun 80-an perkembangan Qasidah Indonesia turut menyaksikan Qasidah Dangdut yang telah diperkenalkan oleh kumpulan Nasidaria dari Samarang dan pada tahun 1990 Qasidah Rebana Plus turut menyajikan lagu-lagu nasyid dengan diiringi alat muzik seperti gitar, piano dan sebagainya disamping wujud juga Qasidah Salawatan iaitu lagu yang berintikan selawat yang diiringi dengan instrumen muzik yang lembut seperti nasyid yang dipopularkan oleh Hadad Alawi dan Sulis.
Muzik dan Irama nasyid terus berkembang di Indonesia dengan wujudnya Festivel Nasyid Indonesia (FNI), Festivel Nasyid Nusantara (FNN) dan gerakkan kebangkitan nasyid Indonesia yang digiatkan oleh Fatahillah Manajemen Indonesia(FMI)[13].
3.2 SEJARAH PERKEMBANGAN NASYID DI MALAYSIA.
Malaysia turut menerima perkembangan nasyid secara serius pada sekitar tahun 70-80 an. Sehingga berjaya melahirkan kumpulan nasyid yang merakamkan album seperti kumpulan nasyid Al-Jawaher yang terkenal dengan nasyid seperti Assalamuaikum, Kembara di Tanah Gersang, Mohon Pada-Nya dan sujud pada-Nya. Selain itu terdapat juga artis-artis yang merakamkan lagu nasyid secara solo seperti Ahmadi Hassan.
Negeri Sabah turut melalui perkembangan yang sama, di mana penghijrahan pendakwah dari Medan Indonesia yang berkhidmat dengan Majlis Agama Islam Sabah iaitu Tuan Haji Umar Sidik telah menubuhkan kumpulan nasyid Gelora Dakwah pada tahun 1975 dan murid Allahyarham Prof Ahmad Baqi iaitu Tuan Haji Jalidar bin Abd Rahim telah menubuhkan kumpulan nasyid Noor El-Kawakib pada tahun 1978 yang telah berjaya merakamkan kaset dan piring hitam. Diantara lagu yang dimuatkan dalam album pertama kumpulan ini ialah Kekalkan Islam di bumi bertuah, Nabi Akhir zaman, Bersatu Baru Islam Sempurna dan sebagainya. [14]
Perkembangan nasyid turut diwarnai dengan penganjuran pelbagai pertandingan nasyid sekitar tahun 1980-an, di mana RTM turut mengendalikan pertandingan Nasyid Peringkat Kebangsaan. Sementara pada tahun 1991 Festivel Nasyid Kebangsaan telah diurusetiakan oleh Bahagian Hal-Ehwal Islam (BHEAIS) Jabatan Perdana Menteri yang kini di kenali sebagai Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). JAKIM telah mengurusetiakan Festivel ini (1991-2006) sebanyak 17 kali disamping menguruskan Festivel nasyid peringkat MABIMS (ASEAN) yang diadakan di Kuala Lumpur pada tahun 1996. Kategori nasyid yang dipertandingkan pada masa ini secara umumnya di bahagikan kepada kategori tradisi dan moden.
Pada tahun 1997, kemunculan kumpulan nasyid kontemporari pertama di Malaysia iaitu kumpulan Raihan merupakan perintis kepada era kegemilangan nasyid kontemporari di Malaysia. Seiring itu, muncul pula kumpulan nasyid Rabbani, Hijjaz dan Saujana dengan bentuk hiburan yang bermesejkan ketuhanan serta menerapkan nilai-nilai Islam yang murni bertujuan mendidik masyarakat.
Hingga kini irama nasyid terus berkembang subur di Malaysia dengan kelahiran ramai anak-anak muda yang terus memperjuangkan irama nasyid sebagai medium dakwah yang turut diterima oleh masyarakat Brunei dan Singapura.
3.3 SEJARAH PERKEMBANGAN NASYID DI BRUNEI DARUSSALAM.
Sejarah perkembangan nasyid di negara Brunei Darussalam mula wujud pada tahun 80-an , menurut Hjh Normin Haji Mahali, Bahagian Perhubungan dan Kemajuan Islam, Kementerian Hal-Ehwal Agama Negara Brunei. Perkembangan nasyid di negara Brunei banyak tertumpu di sekolah- sekolah dan maktab sekitar negara Brunei.
Setakat ini Kementerian Hal-Ehwal Agama Negara Brunei tidak pernah mengendalikan Festivel Nasyid peringkat negara. Pertandingan nasyid lebih banyak diadakan diperingkat sekolah dan institusi pendidikan disamping peranan Radio Televisyen Brunei (RTB) untuk menyajikan lagu nasyid kepada masyarakat Brunei Darussalam .[15]
4. SUMBANGAN NASYID SEBAGAI MEDIUM DAKWAH
Kecenderungan masyarakat pada hari ini yang gemarkan kepada hiburan perlu dipandu dengan pengisian yang betul dan tepat dalam mengharungi arus hedonism yang terus berleluasa.
Meneliti perkara ini, nasyid dilihat amat signifikan berperanan sebagai hiburan alternatif yang juga boleh mengajak manusia kepada kebaikan. Prof Dr Ismail al-Faruqi mengatakan, tidak ramai umat Islam yang menyedari akan betapa pentingnya seni suara dan muzik sebagai suatu bentuk seni yang mengungkapkan pandangan alam (world view) Islam dan tentang kemesraan yang terdapat diantara seni tampak dan seni dengar (visual and aural arts) di dalam kebudayaan Islam. Begitu juga tidak ramai yang sedar tentang pentingnya seni dengar digunakan untuk tujuan-tujuan sosial dan dakwah.
Sehubungan dengan itu nasyid yang merupakan salah satu cabang ilmu handasat al-Aswat (seni suara) dan seni dengar yang telah berkembang dengan pesatnya di Nusantara telah menjadi medium dakwah khususnya dalam penghasilan lirik lagu yang mengandungi nilai dalam mendidik masyarakat agar memperteguhkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, ketaatan kepada Rasulullah S.A.W, menginsafi kebesaran Allah, mengajak manusia menjadikan Sunnah sebagai panduan dan meletakkan kebenaran sebagai pedoman serta kebaikan dan keindahan wasilah dalam mencapai matlamat keredhaan Allah S.W.T.
Nasyid juga telah menjadi medium melestarikan dakwah secara berhikmah, ini selaras dengan maksud Firman Allah dalam Surah an-Nahl ayat 135:
“ Serulah kepada jalan Tuhan-Mu dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik.”
Hikmah boleh ditafsirkan dengan kata-kata yang lembut, tidak dilakukan secara paksaan dan tidak terkecuali daripada menggunakan kata-kata berseni dan lagu yang meruntun jiwa, yang boleh memberikan kesan mendalam kepada jiwa manusia. Malahan, bantahan dan kritikan sekalipun boleh disampaikan dalam bentuk seni, ini amat sinonim dengan kehidupan masyarakat Melayu yang turut menghasilkan syair dan pantun bagi tujuan kritikan tajam.
Nasyid juga turut mengajak manusia untuk berzikir kepada Allah S.W.T di mana unsur-unsur zikir dan doa turut menghiasi seni nasyid, disamping dijadikan sebagai kaedah yang boleh membantu memudahkan hafalan Asmaul Husna, nama-nama nabi, sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya, dan nama-nama surah yang terdapat dalam Al-Quran. Seni ini juga telah dijadikan sebagai alat bantu dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Nasyid dan Marhaban, telah menjadi aktiviti alternatif sebahagian remaja Islam masa kini, khususnya dalam mengimarahkan masjid dan surau serta mengisi pelbagai aktiviti hidup dengan perkara yang bermanfaat. Ini dapatkan mengelakkan remaja dari terjebak ke dalam aktiviti gejala sosial yang kian berleluasa.
Nasyid juga telah menjadi medium penyebaran dakwah dalam dunia penyiaran, di mana lagu nasyid telah menjadi salah satu bentuk seni hiburan yang disiarkan di kaca televisyen dan radio, Rancangan Nasyid Minggu (NMI) ini yang diterbitkan oleh Bahagian Media Elektronik dan Penyiaran JAKIM sejak Mac 2004 menjadi satu pendekatan kepada muda-mudi untuk memilih hiburan yang lebih baik dan bermanfaat. Selain daripada hiburan, rancangan ini juga banyak memaparkan petikan ayat-ayat al-Quran dan Hadith sesuai dengan tema siaran. [16]
Carta Nasyid Radio IKIM juga turut menjadi siaran hiburan pilihan sebahagian remaja Islam masakini.
Konsert yang berintikan seni Islam seperti Nasyid juga telah dijadikan sebagai ruang kerja amal dan dakwah secara terbuka kepada semua golongan lapisan masyarakat, usaha yang dilakukan oleh Persatuan Penggiat Seni Nasyid Malaysia (PNI) menerusi konsert “ Thousand Faces One Faith” yang membawa maksud “ Seribu Wajah Satu Aqidah” akan menceritakan kehidupan warga Islam yang tergolong dari pelbagai keturunan, bangsa dan budaya.
Konsert yang akan diadakan pada 12 Ogos 2006 ini mempunyai tentatif yang amat menarik sebagai medium dakwah. Konsert ini akan dimulakan dengan acara solat maghrib secara berjemaah oleh semua penonton dan akan diteruskan dengan Nasyid Asmaul Husna secara koir bersama penonton disamping itu turut disajikan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran dan persembahan video yang menerapkan nilai akidah dan diiringi persembahan nasyid yang menyentuh jiwa.[17]
Perjalanan seni nasyid nusantara tidak terlepas dari tuntutan dan tanggungjawab berdakwah pada jalan Allah . Adalah menjadi tanggungjawab ahli seni untuk terus mengajak manusia kepada kebaikan dengan tidak melupakan etika dan akhlak Islam yang perlu menjadi pakaian diri sepanjang masa agar nasyid mampu menjadi agen yang mengajak manusia kepada amar ma’ruf dan nahi mungkar.
5. KESIMPULAN
Usaha memartabatkan nasyid secara profesional dalam bentuk program pembelajaran secara konsisten amat perlu dalam usaha melahirkan seniman nasyid yang berkaliber.
Penggiat nasyid nusantara harus mengembeleng tenaga dalam mewujudkan institusi nasyid yang boleh melahirkan seniman nasyid seperti Prof Ahmad Baqi yang mampu menghasilkan lirik lagu yang memberi kesan dalam mendidik jiwa berteraskan ajaran Islam .
Olahan kreatif penulisan lirik mestilah tidak meninggalkan tujuan asal nasyid, iaitu untuk berdakwah dan memberi tarbiah Islamiah kepada pendengar samada secara langsung atau secara tidak langsung.
Penulisan berkaitan sejarah nasyid nusantara wajar diperbanyakkan dalam mendorong peminat dan pengamal nasyid mampu memasyarakatkan dan meneruskan kegiatan seni nasyid untuk generasi akan datang.
Semoga perkongsian maklumat ini mampu membuka minda untuk terus memartabatkan nasyid sebagai salah satu medium dakwah masa kini.

Sabtu, 17 Desember 2011

Adanya Shalawat Iringan Rebana

mengenai shalawat yg dibarengi rebana merupakan sunnah Rasul saw, hanya ustad ustad yg tak mengerti hukum syariah yg melarangnya, mereka tertipu dg kebodohannya sendiri. sebagaimana Ijma’ seluruh Ulama Ahlussunnah waljamaah pengertian sunnah adalah apa apa yg dikerjakan oleh Rasul saw, dan apa apa yg diperintahkan oleh Rasul saw, dan apa apa yg dilihat oleh Rasul saw dan beliau saw tak melarangnya.
maka fahamlah kita bahwa bila Rasul saw melihatnya dan tak melarangnya maka itu adalah sunnah, dan Rasul saw disambut oleh Muhajirin dan Anshor dg rebana dan qasidah thala’al badru alaina ketika beliau tiba dalam hijrahnya dari Makkah menuju Madinah,, dan Rasul saw tak melarangnya. (teriwayatkan dalam hampir seluruh kitab sirah Nabi saw)
maka tiada pula sahabat melarang rebana, tidak pula tabi’in, tak pula Muhadditsin, lalu siapa yg melarangnya?, mungkin mereka lebih mulia dari Rasul saw hingga melarang apa apa yg tak dilarang oleh Rasul saw.
mereka mengatakan bahwa Rasul saw membiarkannya karena saat itu keimanan kaum anshar masih baru, butuh penyesuaian untuk melarangnya, hujjah ini munkar, karena bila hal itu benar maka pasti ada pelarangan dari Rasul saw ditahun trahun berikutnya, dan itu tak pernah terjadi.
anda tanyakan saja pd ustadz anda, munculkan satu saja, hadits yg melarang rebana yg dilakukan oleh Anshar, mereka melarang tanpa punya dalil, jangankan shahih, hadits dhaif pun tak ada, bahkan ucapan sahabat pun tak ada, tidak pula para Imnam Imam Muhadditsin.
darimana pula orang orang itu mengenal shalawat dengan rebana kalau bukan dari Anshar yg memulainya dan Rasul saw tak melarangnya.
Semoga Allah memberi hidayah pd nya agar ia kembali dan sembuh dari wabah penyakit hati yg sedang gencar menjangkiti permukaan bumi ini, wabah yg bukan membawa penyakit di bumi, tapi membawa kesengsaraan di alam kubur dan akhirat,
mengenai alat musik lainnya, ada pelarangan dengan Nash hadits yg jelas, seperti alat musik petik, Mizmar (seruling yg mencembung ditengahnya),dan beberapa alat musik lainnya yg memang ada Nash yg jelas, namun bukan rebana.
Sumber Habib Munzir Al Musawwa

Susunan Pengurus eL-SiP “Wasilatus Sa’adah” Pondok Pesantren Wahid Hasyim Periode 2011-2012

DEWAN PENGARAH
Hanang Ar-Rasyid, S.E.
Nailul Yusro, S.S.
Aji Riqqi Fahmi

TEAM KREATIF
Safrudin Munasep
Syamsul Arifin
Amiq El-Haq
Miftahul Fauzi
MH Usman Riyadi
Robi Hakim
Zuhair Abdullah

KETUA
Yusuf Riyadhussholihin A

WAKIL KETUA
Anifah Adhina Nuriha

SEKRETARIS
Agus Muzaqi

BENDAHARA
Syafa’at Syareh Syifa

DEPARTEMEN PENGEMBANGAN MINAT DAN BAKAT

1. Divisi Rebana/Qasidah

1. Arif Jaihan (Koordinator)
2. Zaimul Arifin
3. Nurcholisoh
4. Nur’aini Hikmawati

2. Divisi Sastra

1. Erwin Arsyadani Masruro (Koordinator)
2. Ahmad Mustafad Vauzi
3. Zahrina Fanny Aditya
4. Ima Rif’atun Nafi’ah

3. Divisi Tilawah

1. M Mansur (Koordinator)
2. M Zulfikar
3. Mustafidatus Showinah
4. Kholisoh

4. Divisi Kaligrafi

1. Budi Nurbelia (Koordinator)
2. Septian Saputro
3. Ramita Rahma Yanti
4. Novita Dwi Astuti

DEPARTEMEN HUMAS

1. Ibnu Risidi (Koordinator)
2. Desi Ragil Mustofa
3. Siti Mahmudah
4. Kholilah

DEPARTEMEN SARANA DAN PRASARANA

1. Khoirul Umam (Koordinator)
2. Najib Hasanul Arifin
3. Syafa’atun
4. Nur’aini Muzakkiyah

Data Anggota eL-SiP 2009

Dari nama-nama yang tercantum di bawah ini, kami ucapkan selamat bergabung bersama eL-Sip Wasilatussa'adah :
1. Syafa'at Syareh Syifa
2. Moh. Mansur
3. Septian Saputro
4. Fikri
5. Thosim Fauzi
6. Arif Jaihan
7. Rizqi Akbar Syah
8. Faiz Fikri Abrar

Teori Musik

Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur-unsur musik. Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisis maupun menggubah musik, dan keterkaitan antara notasi musik dan pembawaan musik.
Hal-hal yang dipelajari dalam teori musik mencakup misalnya suara, nada, notasi, ritme, melodi, Kontrapun Musik, harmoni, Bentuk Musik, Teori Mencipta Lagu, dlsb.
Suara
Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Inggris: pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).
Nada
Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada dalam teori musik diatonis barat diidentifikasikan menjadi 12 nada yang masing-masing diberi nama yaitu nada C,D,E,F,G,A dan B. Serta nada-nada kromatis yaitu Cis/Des, Dis/Es, Fis/Ges, Gis/As, dan Ais/Bes.
Ritme
Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).
Notasi
Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.


Melodi
Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).
Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada secara horisontal. Unit terkecil dari melodi adalah Motif. Motif adalah tiga nada atau lebih yang memiliki maksud atau makna musikal. Gabungan dari Motif adalah Semi Frase, dan gabungan dari Semi Frase adalah Frase (Kalimat). Sebuah Melodi yang paling umum biasanya terdiri dari dua Semi Frase yaitu kalimat tanya (Antisiden) dan kalimat jawab (Konsekuen).
Harmoni
Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.